Minggu, 26 Oktober 2014

" Jet Lag " bisa bikin berat badan bertambah?

Berpergian jarak jauh dengan melintasi zona waktu yang berbeda sering membuat Anda jet lag. Jet lag bukan hanya membuat kita mengalami gangguan tidur tapi juga berpengaruh pada berat badan.

Jet lag merupakan gangguan terhadap irama sikardian tubuh atau jam biologis akibat perubahan waktu. Tak heran jika pascaliburan, para wisatawan akan mengalami gangguan jam tidur dan merasa lelah. Perlu waktu beberapa hari untuk menyesuaikan kembali dengan zona waktu yang baru.

Kondisi jet lag yang mengganggu kualitas tidur Anda ternyata berdampak pada kesehatan tubuh Anda. Berdasarkan studi terbaru yang dilakukan peneliti dari Israel, gangguan jam biologis pada tubuh dapat memicu berat badan bertambah.

Penelitian yang menggunakan tikus percobaan ini menemukan adanya perubahan komposisi mikroba usus yang membantu mencerna makanan. Hal ini membuat seseorang lebih mudah bertambah berat badan.

Temuan yang diterbitkan Jurnal Cell ini juga menunjukkan adanya gangguan metabolik tubuh yang bisa memicu penyakit diabetes.

"Kami sangat terkejut melihat bahwa mikroba usus memiliki variasi, baik dalam komposisi dan fungsi," Eran Elinav, peneliti dari Israel yang berbasis di Weizmann Institute of Science.

Menurut peneliti, hal ini juga terjadi pada mereka yang mengalami pergantian shift kerja pagi atau siang dan malam. Siklus siang dan malam atau jam biologis seseorang menjadi terganggu. Para peneliti mengatakan, ada dua gen penting yaitu period dan cryptochromeyang menjaga irama sirkadian di semua sel manusia dalam 24 jam.

Sumber: http://health.kompas.com/read/2014/10/24/102207523/.Jet.Lag.Bikin.Berat.Badan.Bertambah

Cara cuci tangan yang benar

Banyak yang tak menyadari bahwa telapak tangan kita dipenuhi dengan kuman setelah menyentuh atau memegang suatu benda. Kuman atau bakteri itu dapat menyebabkan berbagai penyakit, umumnya diare dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Hal ini dapat terjadi jika kita tidak menerapkan pola hidup bersih, seperti tidak mencuci tangan pakai sabun.

Mencuci tangan juga harus dilakukan dengan benar agar efektif membunuh kuman-kuman tersebut. Walah ini bukan hal yang sulit tapi ternyata masih banyak yang belum melakukannya dengan benar.

Kasubdit Penyehatan Air dan Sanitasi Dasar (PASD) Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Eko Saputro mengatakan, mencuci tangan harus pakai sabun dan air mengalir. "Mencuci tangan yang benar pakai sabun dan air mengalir. Kalau pakai air kobokan, misalnya waktu mau makan di restoran, ya itu tidak akan menghilangkan kuman yang melekat di tangan," kata Eko di Jakarta, Rabu (22/10/2014).

Dokter spesialis anak, Ariani Dewi Widodo menambahkan, cuci tangan pakai sabun atau biasa disingkat CTPS harus dibiasakan pada anak-anak yang sering kali bersentuhan dengan kuman. Baik pada anak-anak maupun orang dewasa, CTPS yang baik dilakukan selama 10-20 detik dengan teknik yang benar.

"Teknik yang benar itu dengan enam langkah yang disingkat biar mudah Tepung Selaci Puput," kata Ariani.

Enam langkah tersebut yaitu, telapak tangan dibersihkan dengan sabun, punggung tangan, sela-sela jari hingga kuku, kunci kedua tangan diantara sela-sela jari, lalu putar dengan gerakan tangan kiri ke kanan dan sebaliknya, dan putar untuk membersihkan jari tangan. Setelah itu, tutup keran dengan siku atau dengan tisu. Untuk membuka gagang pintu kamar mandi pun sebaiknya demikian.

Tak perlu sabun khusus untuk CTPS. Menurut Ariani, sabun apa pun sudah efektif menyingkirkan kuman pada tangan. Cuci tangan dengan tisu basah maupun sanitazer disarankan jika memang tidak ditemukan air mengalir.

"Itu hanya sementara saja, ketika ketemu air mengalir ya segera cuci tangan pakai sabun," jelasnya.

Saat mencuci tangan sebaiknya perhiasan atau aksesoris di tangan dilepas seperti jam tangan, cincin, gelang, agar kuman tidak tertinggal. Selain itu, bersihkan pula secara teratur remote TV, handphone, pegangan pintu, atau bagian perabot rumah yang sering dipegang bersama-sama.

Kebersihan kuku juga harus dijaga, yakni dengan memotongnya seminggu sekali. Biasakan mencuci tangan pada lima waktu penting, yaitu sebelum makan pagi, siang, malam, saat mandi, dan setelah buang air besar atau kecil di kamar mandi. CTPS juga harus dibiasakan para ibu sebelum merawat bayi maupun balitanya.

Ariani mengatakan, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, CTPS telah terbukti menurunkan prevalensi balita yang menderita diare, yaitu dari 9 persen tahun 2007 menjadi 3,5 persen tahun 2013. CTPS juga menurunkan risiko diare hingga 50 persen dan ISPA hingga 45 persen.

Sumber : http://health.kompas.com/read/2014/10/24/070000823/Jangan.Asal.Cuci.Tangan.Begini.Cara.yang.Benar

Mengapa Orang Diet Harus Batasi Garam? Ini Alasannya!


Jika ingin sukses saat diet, bukan hanya makanan manis saja yang patut Anda batasi konsumsinya. Makanan asin juga wajib Anda kurangi porsinya. 

Dari pernyataan ini banyak yang akhirnya mempertanyakan apakah garam bisa membuat Anda gemuk? Menurut sebuah studi, garam memang tidak baik untuk kesehatan jantung, tetapi bukan berarti mengonsumsi makanan bergaram tinggi dapat membuat tubuh Anda langsung gemuk.

Sejatinya bukan garam yang membuat berat badan bertambah. Sebuah studi yang lakukan mahasiswa University of North Carolina menemukan fakta bahwa makanan yang asin kemasan sebagian besar juga mengandung banyak lemak dan gula. Nah, kombinasi garam, gula dan lemak inilah yang membuat berat badan bertambah.

Berbagai macam makanan cepat saji, keripik, sosis, kornet, dan lain sebagainya itu memang mengandung banyak sodium, namun juga memiliki kandungan gula sederhana dan lemak jenuh dan trans yang tentu saja akan menaikkan berat badan Anda. Garam atau makanan asin menyebabkan peningkatan berat air dalam tubuh.

Saat mengonsumsi makanan asin, Anda akan mudah haus dan membuat banyak minum. Makan garam tidak akan langsung meningkatkan lemak tubuh, namun dapat meningkatkan retensi air atau menahan air di dalam tubuh, yang tentu saja akan meningkatkan berat badan Anda. Namun perlu diingat bahwa itu bukan lemak, namun air.

Berbagai organisasi kesehatan mulai dari American Heart Association hingga National Academy of Science di Amerika Serikat menganjurkan konsumsi garam dibatasi tidak lebih dari 2.400 mg dalam sehari. Tidak benar-benar dihilangkan karena garam juga berguna dalam memelihara fungsi syaraf.



Kekuatan sehelai rambut



Ada yang hobi menonton serial kriminal? Kalau iya, kamu pasti sering melihat tim forensik kepolisian menyimpulkan apakah pemilik sehelai rambut sudah meninggal atau belum dari adanya "invasi jamur" di rambut tersebut.

Ada kepercayaan bahwa jamur hanya tinggal di rambut orang yang sudah meninggal. Tetapi menurut studi terbaru, jamur tersebut bisa terjadi jika seseorang melakukan kontak dengan tanah, misalnya di taman.

"Pada kenyataannya, orang yang hilang tersebut masih dalam keadaan hidup, meskipun di helaian rambutnya ada infeksi jamur. Tapi itu tidak berarti rambut tidak berguna dalam penyelidikan," kata pakar biologi forensik Silvana Tridico.

Ia menjelaskan, DNA memang sangat fantastis, tetapi rambut dapat mengungkap sebuah cerita. Bahkan, jika peneliti benar-benar ingin tahu apakah seseorang sudah mati, mereka harus memeriksa post-mortem banding, di mana bakteri muncul di akar rambut.

"Hanya rambut yang mengalami proses perubahan secara tegas setelah kematian," katanya.

Mitos lain mengenai rambut yang ditemukan Tridica dalam penelitiannya adalah di era awal kehidupan bumi setiap makhluk memiliki rambut merah. Ini karena rambut sering terkena sinara matahari atau pigmen dari lingkungan seperti besi atau tannin sehingga lama kelamaan menjadi kemerahan.

Sumber: http://health.kompas.com/read/2014/10/26/100000023/Sehelai.Rambut.Bisa.Tunjukkan.Seseorang.Telah.Meninggal

9 Deadly Virus Around the World

Perjuangan manusia dalam melawan virus telah dimulai jauh sebelum spesies kita sempurna sampai telah berevolusi menjadi bentuk modern.

Untuk beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus, ada vaksin dan obat antivirus yang mampu mencegah penyebaran penyakit lebih luas. Bahkan, penyakit cacar telah berhasil dimusnahkan. Tetapi, wabah ebola yang terjadi di Afrika Barat menunjukkan bahwa perang kita melawan virus masih jauh dari selesai.

Virus yang memicu epidemi tersebut, Ebola Zaire, membunuh hingga 90 persen orang yang terinfeksi dan menjadikannya keluarga Ebola yang sulit dimusnahkan.

Ebola memang mematikan, namun sebenarnya di luar sana masih banyak virus lain yang bahkan lebih berbahaya. Simak penjelasan Elke Muhlberger, pakar virus ebola dan profesor mikrobiologi di Universitas Boston.

Berikut adalah 9 virus berbahaya di bumi berdasarkan pada risiko seseorang meninggal dunia jika terinfeksi dan banyaknya angka kematian dan orang yang terancam oleh virus ini.

1. Virus Marburg 
Para ilmuwan mengidentifikasi virus Marburg pada tahun 1967, ketika wabah kecil terjadi di kalangan pekerja laboratorium di Jerman yang melakukan kontak dengan  monyet impor dari Uganda.

Virus Marburg mirip dengan ebola yang keduanya dapat menyebabkan demam tinggi dan perdarahan. Ini berarti orang yang terinfeksi akan mengalami demam tinggi dan pendarahan di seluruh tubuh yang dapat menyebabkan shock, kegagalan organ dan kematian.

Angka kematian saat wabah pertama adalah 25 persen, tapi angkanya naik 80 persen pada wabah tahun 1998-2000 di Republik Demokratik Kongo, serta pada tahun 2005 wabah menimpa di Angola, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

2. Virus Ebola 
Wabah ebola pertama pada manusia terjadi bersamaan di Sudan dan Republik Demokratik Kongo pada tahun 1976. Ebola menular melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau jaringan dari orang atau hewan yang terinfeksi ebola

Salah satu virus, Ebola Reston, tidak membuat orang sakit. Tapi untuk virus Bundibugyo, tingkat kematian hingga 50 persen dan meningkat hingga 71 persen untuk virus Sudan, menurut WHO.

3. Rabies 
Meskipun vaksin rabies untuk hewan peliharaan yang diperkenalkan pada tahun 1920 telah membuat infeksi ini jarang terjadi di negara maju, tapi rabies masih jadi masalah serius di negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Virus ini merusak otak dan ini penyakit yang buruk. Tapi kami memiliki vaksin antirabies, dan kami memiliki antibodi yang bekerja melawan rabies, jadi jika seseorang sempat digigit oleh hewan rabies kita bisa menyembuhkan orang ini," katanya. Meski begitu, tanpa pengobatan seseorang bisa mati.

4. HIV 
Di dalam dunia yang modern, HIV masih jadi salah satu pembunuh terbesar. Diperkirakan 36 juta orang telah meninggal akibat HIV sejak penyakit ini pertama kali dikenal pada awal 1980-an. "Penyakit menular yang paling berdampak buruk pada umat manusia saat ini adalah HIV," kata Dr.Amesh Adalja, pakar penyakit menular.

Obat antivirus yang kuat telah memungkinkan bagi orang untuk hidup selama bertahun-tahun dengan HIV. Tetapi penyakit ini masih jadi pembunuh di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana infeksi HIV terjadi sebesar 95 persen. Hampir 1 dari setiap 20 orang dewasa di bagian Sahara Afrika mengidap HIV-positif, menurut WHO.

5. Cacar 
Pada tahun 1980, Majelis Kesehatan Dunia menyatakan dunia telah  terbebas dari cacar. Tapi sebelum itu, manusia berjuang melawan cacar selama ribuan tahun dan penyakit ini menewaskan sekitar 1 dari 3 orang yang terinfeksi. Korban yang masih bisa bertahan dengan korban yang selamat mengalami luka permanen dan biasanya kebutaan.

6. Hanta Virus
Sindrom Hantavirus  Pulmonalis (HPS) mendapat perhatian luas di Amerika Serikat pada tahun 1993, ketika seorang yang awalnya sehat yaitu pemuda Navajo dan tunangannya tinggal di daerah Four Corners Amerika Serikat, meninggal dalam beberapa hari saat mengalami sesak napas.

Virus ini tidak ditularkan dari satu orang ke orang lain, tapi orang terjangkit penyakit itu dari paparan kotoran tikus yang terinfeksi.  Sebelumnya, hantavirus yang berbeda menyebabkan wabah di awal 1950-an, selama Perang Korea. Lebih dari 3.000 tentara terinfeksi dan sekitar 12 persen dari mereka meninggal.

7. Influensa 
Menurut WHO, selama musim flu sekitar 500.000 orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit tersebut. Tapi kadang-kadang, ketika virus flu baru muncul akan terjadi pandemi dan jumlah kematiannya lebih tinggi lagi.

Pandemi flu yang paling mematikan, kadang-kadang disebut flu Spanyol, dimulai pada tahun 1918 dan menyebabkan kesakitan pada 40 persen dari populasi dunia serta menewaskan sekitar 50 juta orang. Para ahli kini mencemaskan kemunculan virus influensa baru yang bisa menular dengan cepat antar manausia.

8. Demam Berdarah
Virus demam berdarah pertama kali muncul pada tahun 1950 di Filipina dan Thailand, dan sejak itu menyebar ke seluruh daerah tropis dan subtropis seluruh dunia. Sekitar 40 persen dari populasi dunia sekarang tinggal di daerah di mana demam berdarah adalah endemik, dan penyakit yang dibawa oleh nyamuk itu  kemungkinan menyebar lebih jauh.

Menurut WHO, demam berdarah diderita 50 sampai 100 juta orang pertahun. Meskipun tingkat kematian demam berdarah lebih rendah dari beberapa virus lain, sebesar 2,5 persen, virus ini dapat menyebabkan kondisi syok, sama seperti yang dialami pasien ebola.

Belum ada vaksin untuk mencegah demam berdarah, tetapi uji klinis besar vaksin eksperimental yang dikembangkan oleh pembuat obat Perancis, Sanofi memiliki hasil yang menjanjikan.

9. Rotavirus
Dua vaksin telah tersedia untuk melindungi anak dari rotavirus, penyebab utama penyakit diare yang parah pada bayi dan anak-anak. Virus ini menyebar secara fecal-oral, yang berarti ada partikel dari feses yang masuk ke dalam makanan dan termakan.

Walaupun anak-anak di negara maju jarang meninggal akibat infeksi rotavirus, penyakit ini adalah pembunuh di negara berkembang. WHO memperkirakan bahwa di seluruh dunia, 453.000 anak di bawah usia 5 tahun meninggal akibat infeksi rotavirus pada tahun 2008.

Sumber: http://health.kompas.com/read/2014/10/26/132900223/9.Virus.Paling.Mematikan.di.Bumi

How to choose a dog


Are you ready to choose the right dog for you? Bringing a new dog into your life is a major decision. First, make sure you are ready for a dog before you start the process. It is also essential that you understand the cost of dog ownership.
There are several factors to consider before you choose a dog. Most importantly, examine your current lifestyle and consider what adjustments you are willing to make for a dog. Look at the needs of your family – especially if you have children or other pets. People with allergies, or those who prefer low-shedding dogs, might want to look into hypoallergenic dog breeds. Next, think about the ideal size, energy level and age of your new dog. Just remember that getting a dog requires a firm commitment to responsible dog ownership. Here are some tips to help you choose the best dog for you and your family.

Size

You may already know you want a little lap dog that you can carry around. Or, you might have your heart set on a large or giant dog breed. If you cannot decide, then perhaps a medium sized dog is a good choice.

Remember that some small dogs are delicate and vulnerable. Being stepped on or mishandled can cause serious injury. Also, little dogs can be much more sensitive to colder temperatures, so be ready to help keep them warm. Don’t forget that small dogs need obedience training too! Some little dogs can develop “tough dog” attitudes, seemingly to compensate for their small size. Be sure you are prepared for this possibility.

Very large dogs need a bit more space to move around. Big, happy dogs with long, whip-like tails need "wagging space" to avoid tail injury or damage to household objects. Another consideration is expense: the larger the dog, the more expensive things like dog food, dog supplies and medical treatments become. Training is also a key factor here. If you get a large or giant breed puppy that is allowed to act like a lap dog when young, he will grow up to walk all over you – literally!

Activity Level

You probably already know that some dogs have more energy than others. A dog’s activity level is often determined by breed, but it does not mean you can rely on breed alone to determine how energetic your dog could become. Every dog needs routine exercise, regardless of breed or size, so make sure you can to provide this. If you know you can not commit to more than one or two casual walks per day, then you will probably be better off with a lower energy dog, such as a Basset Hound. If you are looking for a dog that can be a jogging partner, agility competitor or “disc dog,” consider a breed like the Border Collie.

Be willing to adjust the amount of exercise and attention you give your dog if necessary. A dog that is barking constantly, digging up your yard, destroying your home, or acting out in some other way is most likely in need of extra activities. Many behavior problems are the result of excess energy. Unfortunately, many dogs are given up or even euthanized because of a behavior problem that could have easily been avoided with the proper amount of exercise and attention.

Physical Maintenance

Your dog’s appearance has a lot to do with his maintenance needs. All dogs need basic grooming, but certain types need more based on the type of hair coat. If you get a dog with hair that keeps growing, then advanced routine grooming is essential. Most short haired, smooth-coated dogs are major shedders, so be prepared to do some extra cleaning up. Some grooming tools can help reduce shedding. Be aware that dogs with long, floppy ears are more prone to ear infections and require frequent thorough ear cleanings. In addition, certain types of dogs can do a lot of drooling. Many owners of Mastiffs, Bloodhounds and similar dogs actually carry a “slobber cloth” with them to wipe the drool. If they shake their heads – watch out!

Age

Puppies require the greatest amount of training and attention, especially over the first six months. Be prepared to dedicate much of your time to housebreaking and raising your new puppy. You dog will likely have plenty of accidents in the house and will probably chew your furniture and personal belongings. These problems will gradually resolve with dedicated training, but patience is a must. You should also be aware that your puppy might grow up to be different then you expected, especially if you adopt a mixed-breed dog. This is not necessarily a bad thing, just something to keep in mind.

Adult dogs can be an excellent choice. An adult might be a better choice if you want to have a good idea of the true energy level, attitude, and temperament of your new dog. However, just because the dog is an adult does not mean he is trained, so you should still expect some degree of dedicated training at first. Fortunately, many adult dogs have been trained and socialized to some degree and can easily adjust to their new lives in their forever homes.

Senior dogs should not be forgotten! Welcoming a senior dog into your home can be a wonderful way to bring joy to the golden years of a dog. Unfortunately, senior dogs are less likely to be adopted and often end up living out their lives in shelters or being euthanized. A senior dog can make a wonderful companion if you are looking for a lower energy dog. However, it is important to know that your senior dog needs special attention, more frequent veterinary check-ups and is more likely to develop heath problems that cost time and money to address. Unlike a puppy or adult dog, you must know that you will not have as many years with your senior dog. If you are willing to accept the responsibilities, consider adopting a senior dog. It can be one of the most compassionate things you can do for these precious creatures.

Breed

Purebred dogs are undeniably popular. Many people are attracted to a specific dog breed for various reasons. Perhaps you were raised around the breed or have spent a lot of time with the breed in your life. Maybe you really love the way a certain breed looks and acts. Or, you might feel the breed is right for you based upon what you have read or heard about the breed. If you want a purebred dog, be sure you thoroughly research the breed. Determine if you are willing to take on potential challenges with temperament, grooming needs and health problems. Make sure the breed will fit in with your family and lifestyle – including other dogs. Then, be sure to look for a responsible dog breeder.

Mixed breed dogs can become wonderful additions to your world. The combination of two or more dog breeds can often balance out their personalities and physical characteristics. Just be sure to expect the unexpected, especially if you adopt a “pound puppy.” There is no way of knowing exactly how your puppy will look when grown up, and you cannot really predict health problems. However, many experts believe that mixed-breed dogs end up with fewer health problems than purebred dogs. Overall they tend to be good-natured and intelligent. Plus, adopting a mixed-breed dog usually means you are saving that dog from euthanasia or a lonely shelter life!

Sumber :http://dogs.about.com/od/becomingadogowner/a/choosingdog.htm